This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Mei 2011

hai teman yang baru saja memulai pekerjaan. biasanya masa-masa pertama kerja hal-hal yang baru dialami oleh para pekerja. ada yang langsung mendapat target tinggi ada pula yang hanya belajar dan tidak mendapat target dan tanggung jawab.
 nah pilih yang mana?
dua-duanya memiliki sisi positif dan negatif. Keadaan pertama buisa akan membuat pekerja stress karena dia belum mengetahui banyak tentang perusahaan dan proses bisnis perusahaan namun sudah mempunyai banyak target. namun keadaan seperti ini justru akan membuat pekerja lebih cepat untuk belajar dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
namun, terkadang keadaan berkata lain. ada juga pekerja yang dimasa awal-awal bekerja belum mendapat target yang besar dan belum mempunyai  job desk yang jelas. tugas ia hanya belajar dan menmpelajari proses bisnis. nah juka ANDA berada dalam posisi kedua ini, apa yang akan ANDA lakukan?
BY: SH

Jumat, 27 Mei 2011

Tradisi di Lembar-Lembar Daun Pisang

Jika mengintip cerita cinta anak-anak muda sebelum tahun 80-an. Akan banyak diketemukan kisah-kisah yang romantis bersama selembar daun pisang. Dan, kali ini saya sedang tertarik untuk menarik selembar daun itu untuk saya tempatkan di tulisan ini.

Di Aceh. Daun pisang menjadi bagian tradisi. Ketika perayaan-perayaan tertentu semisal Maulid sampai ke acara kawinan, akan dengan mudah terlihat daun pisang yang menjadi pembungkus nasi. Nasi yang sudah dibungkus daun pisang ini, oleh ureueng Aceh acap disebut dengan bu kulah. Biasanya, bu kulah ini dibentuk agak-agak mirip dengan piramid. Sehingga terlihat demikian menarik perhatian. Seperti halnya saya sendiri yang dari sejak kecil suka mengamati bu kulah ini.

Nasi yang dibungkus daun dan disebut dengan nama bu kulah tersebut, tidak hanya memiliki bentuk seperti piramid tadi. Ia juga memiliki aroma yang benar-benar khas. Ini bisa terjadi, karena sebelum daun yang mudah didapat di kebun-kebun penduduk ini digunakan untuk membungkus nasi, ia sudah terlebih dahulu dipanasi beberapa detik di atas perapian sampai daun itu berubah bentuk. Juga, asal ia sudah mengeluarkan aroma.

Percaya tidak percaya, memang nasi yang sudah dibungkus dengan daun pisang ini, lengkap dengan aroma khasnya itu cukup bisa mengundang perut berselera menampung nasi sebanyak-banyaknya.

Cuma saya tidak berani klaim bahwa tradisi membungkus nasi dengan daun pisang seperti itu berasal dari Aceh. Selain karena memang saya belum pernah melakukan penelitian khusus terkait ini. Juga karena memang kemudian saya menemukan mirip-mirip itu di banyak daerah lain. Baik juga di Sumatera atau juga pulau Jawa (malang nian, di Indonesia saya cuma familiar dengan 2 pulau ini saja karena kebetulan cuma itu yang pernah saya datangi).

Hanya, seperti saya sebut sebelumnya, di Aceh daun pisang sudah lama menjadi dari seremoni-seremoni adat. Tidak cuma berfungsi menjadi pembungkus nasi. Namun juga digunakan untuk merias daloeng atau wadah yang biasa dibuat dari kuningan berbentuk nampan bin talam. Sebagai riasan, di sini daun pisang sudah digunting dan dibentuk sedemikian rupa, seperti bunga-bunga dengan lebar disesuaikan dengan daloeng tersebut.

Membayangkan khasanah budaya ini, saya kerap tercenung. Betapa leluhur bisa menjadikan tanaman sebagai bagian dari budaya turun temurun. Seolah menyiratkan pesan; bersahabatlah dengan kehijauan dedaunan, di sana ada keteduhan. Atau bahkan, bahwa meski leluhur kerap dipandang jauh dari modernitas seperti halnya sekarang. Namun di sisi lain, mereka cukup bijak juga memanfaatkan apa saja yang ada di alam dan kembali mudah untuk diurai alam untuk ‘kehidupan kembali’. (ZA)
Taken From: http://fick-cyber.blogspot.com/2011/01/tradisi-di-lembar-lembar-daun-pisang.html

Mengagumi Cara Perempuan Menunjukkan Cinta

Menjadi seorang lelaki, kecenderungan yang paling mungkin adalah melihat berbagai keistimewaan yang umum dimiliki oleh seorang lelaki. Untuk kemudian berharap agar saya menjadi salah satu lelaki yang juga istimewa. Seperti itulah pikiran seorang lelaki, pikiran saya. Sedang di sini, saya ingin mengubah sedikit kekaguman egoistik tersebut dengan mencoba melirik perempuan.

Mungkin Anda pernah mendengar tentang  istri keempat Raja Hussein dari Yordania dan seorang Muslim yang bukan keturunan Arab. Perempuan yang memiliki nama lengkap, Lisa Halaby. Mengutip Vivanews.com, disebut-sebut ia sering dipandang sebagai orang luar. Karena memang ia dibesarkan dan dididik di AS, lulus dari Universitas Princeton pada 1974. Seorang arsitek yang bertemu Raja Hussein saat bekerja di Yordania pada pengembangan Aman Intercontinental Airport. Mereka menikah pada tanggal 15 Juni 1978. Halaby masuk Islam dan, sebelum pernikahan itu terjadi, berubah nama pertama kalinya dari Lisa ke Noor.

Jika awalnya perempuan cerdas ini acap dipandang sebagai orang luar. Namun, penilaian publik berubah di kemudian hari, dan justru makin mencintai Halaby setelah melihat wanita ini dengan setia merawat dan menemani Raja Hussein yang sakit parah. Hingga akhirnya sang raja meninggal pada 7 Februari 1999.
Bagi yang skeptis dengan keberadaan cinta yang seputih salju. Bisa jadi akan mengambil dalih, wajar kalau Raja Hussein menemukan seorang istri seperti itu. Toh, ia seorang raja dan bukan tidak mungkin perempuan ini bermanis-manis seperti itu hanya untuk tujuan-tujuan keuntungan semata. 

Hanya saja, saya lebih tertarik untuk mengira tuduhan seperti itu tidak akan pernah membuat yang menuduh kemudian disebut cerdas, jeli, analitis atau berbagai pujian lainnya. Pun, tidak membantu pemilik tuduhan demikian serta merta juga layak dikagumi seperti halnya Hallaby. Lha, logika sederhana saya (karena cuma logika sederhana yang saya bisa), orang yang hanya bisa melihat dan berpikir yang buruk-buruk saja bagaimana bisa berharap yang baik-baik bisa merasuk ke dalam pikirannya, untuk kemudian juga bisa membantunya menjadi baik?

Nah, Hallaby adalah sebuah sejarah cinta yang sangat indah. Sejarah tentang cinta seorang perempuan yang saya kira memang sangat tepat dikagumi. Padahal, kalau mengambil pikiran yang jauh lebih rendah dari kemampuan saya berpikir sederhana, bisa saja Hallaby berpikir bahwa ia hanya seorang istri keempat. Untuk apa buang-buang waktu untuk menunjukkan cinta. Bukankah raja tersebut memiliki beberapa istri lainnya? 

Tetapi, saya kira bukan karena latar belakang figur mengagumkan itu memiliki pendidikan baik maka kemudian ia bisa berpikir baik. Sebab, nyatanya ia bisa menunjukkan cinta dengan kualitas terbaik yang ia bisa. Bisa disebut tidak pernah bergaung rutukan-rutukan yang diisyaratkan dari sikap oleh Hallaby.
Bagi saya, semua pecinta adalah raja dan ratu. Ini  menjadi alasan saya kenapa mengangkat Hallaby sebagai ilustrasi untuk sebentuk kekaguman saya pada perempuan. 

Di banyak tempat, hampir selalu ada perempuan yang bisa menunjukkan keistimewaannya dengan caranya. Bahkan, di sebuah pelosok desa sekalipun masih bisa diketemukan perempuan-perempuan demikian yang kadang tidak pernah menelan teori apapun tentang bagaimana caranya mencintai dengan cara terbaik.
Mereka selalu bisa membuat hati siapa saja terkagum-kagum.

***

Di sebuah taman kecil pinggiran Jakarta. Tepatnya di Taman Pramuka, persis bersisian dengan halte busway Pasar Genjing yang kebetulan berdekatan dengan tempat tinggal saya. Selepas meredam racauan cacing agar obrolan tidak ikut meracau. Sembari menyeruput teh susu. 

Seorang rekan, Herman Hasyim, yang dalam sela-sela kesibukannya menyempatkan diri mengunjungi saya yang memang acap sendiri saja di tempat yang terhitung baru untuk saya ini. Bakda menyelesaikan obrolan berhubungan dengan kepenulisan, tentang sastra dan berbagai topik lainnya yang memang sejalan dengan selera yang sama-sama kami miliki. Obrolan tiba pada ending dengan membincangkan makhluk paling seksi bagi lelaki, ya perempuan.

“3 B. Beauty, Brain, Behaviour saya kira cukup cerdas dijadikan referensi untuk mengagumi seorang perempuan. Seperti juga dijadikan kriteria dalam ajang pemilihan Miss Universe.” Ujarnya.

Dari sana, terdapat keseiramaan antara saya dengan rekan yang sudah memiliki satu anak ini. Artinya, memang kelayakan untuk mengagumi seorang perempuan itu tidak terhenti pada beauty saja. Tidak tertahan pada brain saja yang menjadi simbol untuk kecerdasan. Tetapi juga behaviour, bagaimana mereka bersikap ketika ‘raja’ dalam keadaan ’sakit’ yang menjadi petunjuk atau gambaran saat lelaki melemah, ketika cahayanya meredup. Maka pada yang terakhir itu, cara perempuan menunjukkan cintanya, menjadi tolok ukur perempuan itu layak dikagumi atau tidak.

***

Kekasih, tanpa kalung mutiara, tetapi kau adalah ratu
tanpa gemerlap istana kau tetap menjadi cahaya
meski tanpa gaun yang melelahkan seribu penjahit, kau tetap mengagumkanku
oleh langkah bersama senyum yang tak hanya kau lempar dari bibir
tetapi kau ukir dari sebentuk hati yang semerah bara
yang selalu hangatkan hatiku

(Jakarta, 12 Des 2010)
 
Taken From: http://fick-cyber.blogspot.com/2011/01/mengagumi-cara-perempuan-menunjukkan.html

Lelaki Kecil dan Kail

Untuk seekor burung bisa terbang. Ia hanya butuh dua sayap saja. Begitu kata Bapak.

Itu yang melintas di kepala kecil lelaki kecil. Saat ia sedang ketuk-ketukkan bambu sebesar kelingking. Setelah ia gagal merayu seekor gabus saja. Kiranya, cukuplah bisa ia tunjukkan dengan bangga pada ibunya. Bahwa ia cukup bisa membuat seekor gabus menyerahkan diri di ujung kailnya.

Sayangnya, mata kailnya tidak cukup menarik perhatian seekor anak ikan pun.
Sesuatu yang luput tidak harus menjadi pembenar untuk sebuah rutukan. Itu pula yang menjadi pilihan lelaki kecil yang nanar menatap riak air yang tidak terlalu terlihat lagi. Sebab matahari sudah mulai merangkak pulang.

Keras kepala, terkadang memang bukan sebuah sikap yang disukai orang orang-orang. Dan itu pula yang membuat langkah bocah itu terayun ke deretan bambu.
Sebuah persediaan obor yang sudah ia siapkan. Lumayan membantu untuk matanya bisa bedakan batang bambu dengan pangkalnya. Parang yang juga tidak besar. Sudah terayun di pangkal bambu itu. Di sana terdapat rebung. Setidaknya ini bisa digulai dengan sedikit kelapa yang masih ada sisa tadi pagi.

Tidak ada bahan kuliah didapatkan bocah itu, yang menjelaskan bahwa hidup tidak selalu harus berjalan sesempurna lamunan. Syukurnya, pilihan untuk tidak ratapi ikan-ikan yang seharian enggan bersahabat dengan mata kailnya lebih melapangkan dadanya. Melebihi ukuran langit malam itu.
taken From :http://fick-cyber.blogspot.com/2011/01/lelaki-kecil-dan-kail.html

Melirik Lulusan Pendidikan Belanda dari Indonesia

Banyak artikel yang berbicara tentang sistem pendidikan di Belanda. Tidak sedikit yang melihatnya sebagai kelebihan negara tersebut. Menjadi magnet sehingga dari berbagai negara dunia berbondong-bondong mendatangi Belanda untuk belajar. Lantas, ini menarik perhatian saya untuk menelusuri, seperti apa sistem pendidikan di negara tersebut?

Mengulik Google sebagai satu-satunya pustaka yang mudah saya jangkau. Saya 'dibawa' berbagai website yang berbicara tentang pendidikan di Negeri Kincir Angin itu. Melihat sekitar 30 sumber referensi. Agak sedikit tercenung, karena mendapati nyaris tidak ada yang menunjukkan kekurangan seperti apa saja yang mungkin ada di sana. Pertimbangan saya, andai tulisan-tulisan tersebut bisa melihat dari dua sisi, plus minusnya pastinya akan memberikan tawaran lebih untuk kita terkait bagaimana nantinya jernih melihat pendidikan di sana.

Pelan, saya mengangguk. Ini bisa menjadi indikator bahwa pendidikan di negeri tersebut layak dipercaya. Beberapa hal yang dijadikan highlight dari tulisan-tulisan yang saya pelototi itu tidak jauh-jauh dari penjelasan tentang kultur masyarakat di sana yang terbuka, lingkungan studi yang juga inklusif, kualitas pendidikan yang diakui dunia internasional sampai dengan biaya pendidikan dan biaya hidup yang disebut-sebut lebih murah dibanding dengan beberapa negara lain Asia, belahan  Eropa lainnya, sampai ke Amerika.

Lelah mencari-cari kelemahan pendidikan di Belanda, tidak ada yang signifikan untuk disorot. Akhirnya saya memilih untuk melihat seperti apa lulusan Belanda di Indonesia. Saya dapati ulasan tentang seorang perempuan intelek Indonesia yang sudah puluhan tahun mengajar di Universitas Arizona, Amerika Serikat tentang Dr Merlyna Lim. Ia menjadi salah satu potret jebolan dari Belanda, sekaligus lulusan cum laude dari Universitas of Twente di Enschede. Tak heran, Kick Andy, sebagai salah satu acara televisi bergengsi di Indonesia mendaulatnya dalam salah satu episode talk show-nya  (Jumat, 14 Januari 2011 21:30:00 WIB).

Pun Dedy Hermawan Bagus Wicaksono, associate professor di  Fakultas Ilmu Kesehatan dan Teknik Biomedikal Universiti Teknologi Malaysia. Ia juga seorang putra Indonesia jebolan Technische Universiteit Delft.
Namun, ada juga selain itu yang layak diingat, tokoh Indonesia sekaliber Muhammad Hatta yang juga dikenal dengan konsep koperasinya pun merupakan lulusan dari Belanda.
Saya merasa tidak berlebihan kalau saya mengakui, melongo juga melihat potret--yang saya sebut di atas hanya beberapa saja. Jadi terpikir, andai saja lebih banyak pelajar-pelajar Indonesia yang memiliki kesempatan untuk belajar ke sana. Sepertinya juga pantas untuk optimis bahwa mereka bisa mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik, dan tentu saja lebih bermartabat.
Taken From : http://fick-cyber.blogspot.com/2011/05/melirik-lulusan-pendidikan-belanda-dari.html

A Rose to Rise

Kedinginan di ruang tunggu salah satu taver di Bandung untuk berangkat ke Jakarta. Setelah tadi harus melenggang di malam yang sudah mulai melengang. Iya, lepas tengah malam harus keluar dari kontrakan untuk bisa penuhi sebuah panggilan wawancara dari Jakarta.

Sambil menunggu datangnya Bis, aku teringat dengan telponku ke seorang senior di IMT Telkom Bandung. Sebuah telpon yang sebenarnya hanya untuk menguatkan silaturahim saja dengannya, karena sudah lama tidak saling sapa disebabkan kesibukan masing-masing.

Setelah saling beritahukan kabar masing-masing.
"Eh, Telkomsel lagi buka lowongan lho" Sebutnya dengan penuh semangat

"Oya? Kalau tidak keberatan bisa diberikan link informasinya, biar saya juga bisa apply ke sana?"

Syukurlah. Saat melihat informasi tersebut di internet, kebetulan sudah tiba di hari terakhir batas waktu lamaran. Bergegas aku persiapkan segala sesuatunya untuk dikirimkan ke Telkomsel.

***

Malam itu menjadi malam aku harus berangkat ke Jakarta. Memilih untuk berangkat sebelum pagi karena pertimbangan Jakarta yang terkenal dengan hantu yang lebih menyeramkan daripada si Manis Jembatan Ancol, yap ini hantu bernama "kemacetan".

Dinginnya udara Bandung saat malam hari seperti ini, apalagi saat sudah beranjak mendekati subuh memang menjadi sebuah masalah. Dengan begitu aku harus melawan dingin itu. Dan, aku bisa berhasil melawan rasa dingin demikian itu karena niat dan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga perusahaan yang menjadi impian saya itu! TELKOMSEL!!!
***
Melewati tiga kali sesi wawancara yang lumayan memakan waktu. Setelah selesai psikotest terlebih dahulu di Bandung. Saya dinyatakan lulus dan diterima di perusahaan itu. Terbetik girang di hati ketika mendapat kabar bahwa aku DITERIMA untuk bekerja di sana sebagai Content Providers Business Management. Sebuah depertemen yang termasuk New Business di TELKOMSEL. Girang yang tidak membuatku lupa daratan. tak lupa kuucap rasa Syukur sambil bersujud dihadapan-Nya.


***
Diterima di Telkomsel, berarti aku harus keluar dari perusahaan sebelumnya (sebut saja perusahaan XYZ) dan sebagai ganti ruginya,  aku harus bayar denda sebesar 10 Juta sebagai kompensasi karena aku telah melanggar perjanjian kontrak. Namun, cita-cita untuk bisa bekerja di bidang telekomunikasi telah menguatkan tekat untuk menghadapi segala rintangan. kutelpon ibu dan kuceritakan masalah yang kuhadapi. Hati ibuku yang seputih kapas luluh dan beliau siap mencarikan uang 10 juta, entah dari mana.

 ***
Singkat cerita, dengan menggadaikan gelang dan perhiasan lainnya, ibuku bisa mengumpulkan uang 10 Juta untuk membayar denda. Terima kasih Ibu, Akan kubalas semua kebaikan Ibu dengan sekuat tenagaku, walau kebaikan Ibu tak mungkin terbalaskan.

***
Itu yang kurekam dari perjuangan awal untuk bisa menjejak di perusahaan yang kuinginkan ini., TELKOMSEL di gedung yang berdiri gagah di pinggiran Jalan Gatot Subroto, Jakarta Perusahaan yang kuniatkan untuk bisa kuberikan semua dedikasi dan kemampuanku. 

Tidak terlalu banyak yang kujadikan bahan pertimbangkan terkait apa saja yang nantinya yang bisa kudapatkan dari sini. Tapi, aku merasa "menang" hanya jika di sini aku bisa memberi yang terbaik. Sebab saya percaya, mereka yang fokus pada bagaimana  memberi, maka Tuhan akan siapkan sesuatu yang terpantas untuk diterimanya.(shandi). Selamat Berjuang, Kawan!!!!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites